Melangkah maju terus tanpa melihat kebelakang. Ingin rasanya aku melupakan semua kekesalan, kebencian, dendam, dan semua rasa iri ini pada mu. Tapi aku pun tak bisa memungkiri sampai sekarang perasaan amarah masih bergejolak direlung hatiku yang paling dalam. Hanya demi nya lah aku bertahan, hanya demi menyenangkannya makanya aku berjuang, hanya demi membahagiakannyalah aku tetap hidup, hanya demi mendapatkan satu kalimat yang begitu berarti bagiku, yang mungkin saja sudah sering sekali diungkapkannya kepadamu, hanya sebuah kalimat yang selama ini kunanti, yang selama ini kuincar, yang selama ini menjadikanku tetap bisa bertahan, hanya demi kalimat "MAMA, BANGGA PADA KAMU SAYANG".
Sejak kau kecil mungkin kau telah menerima semua pujian, semua kasih sayang, semua kebanggannya yang hingga kini tiada tersisa bagiku. Kau selalu mendapatkan apa yang kau mau, kau selalu mendapatkan kasih sayangnya, cintanya, kerinduannya, kebanggannya, kau telah memilikinya. Dapatkah aku mendapatkannya seperti kau memilikinya sekarang?
Apakah surga yang dilambangkan ditelapak kakinya telah kau miliki seutuhnya? Tak bisakah aku mendapat sedikit tempat dihatinya. Dia rela mengorbankan apapun demi menyenangkanmu, merelakan apapun demi membahagiakanmu, melepaskan apasaja demi membuatmu tertawa, termasuk mengorbankan kebahagianku demi dirimu. Apakah kau tak menyadarinya?
Mencintainya membuatku tetap hidup. Menyayanginya membuatku tetap tegar. Taukah kau seberapa takutnya, depresinya aku jika kehilangan dia? Aku masih ingat bagaimana paniknya dia melihat kau yang hanya jempol kakimu terluka karena tertimpa kayu, sebegitu sayangnyakah dia padamu? sebegitu berartinyakah dirimu baginya? Sedangkan sewaktu aku kecil jatuh dari tangga gereja dia tetap berada ditempatnya, hanya Papa yang berlari dan memelukku dengan sangat erat. sebegitu tak berhargakah aku baginya?
Tapi apapun itu, dia tetap Mama yang sudah mengandungku 9 bulan, merawatku hingga aku besar, yang tetap mengajariku bersikap dewasa tanpa manja, yang tetap menyadarkanku dari depresi akibat kehilangan Papa.
Maka hanya demi dialah alasanku tetap hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar