Pertama-tama aku ingin sekali berteriak "YEAH.... AKU LULUS..."
Kemarin malam aku dapat kabar paling membahagiakan seumur hidupku, aku berhasil lulus di FK UMI. Aku berteriak, menangis, loncat-loncat, dan berdoa mengucakan terima kasih Yesus. Malam itu adalah malam paling membahagiakan.
Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama, malam ini, tepatnya tanggal 17-08-13 yang seharusnya malam membahagiakan bagi seluruh masyarakat Indonesia memperingati HUT Indonesia ke-68, namun malam ini adalah malam terburuk sepanjang kehidupanku.
Aku baru saja dapat kabar ternyata aku lulus di FK UMI sebagai cadangan, bukan resmi mahasiswi baru. Bagaikan terbagang ke langit, terus, terus, terus naik sampai di surga, bertemu Allah Bapa, Yesus Kristus, Roh kudus, namun tiba-tiba di lempar ke neraka, di bakar, di siksa oleh Lusifer.
Aku ingin menangis tapi sudah terlalu lelah, aku ingin berteriak tapi suaraku engang bergema, aku ingin lari tapi kaki tak sanggup lagi untuk berdiri.
Apa yang harus aku lakukan? Jika aku lanjut, orang tua ku akan kesulitan mencari dana yang lebih banyak lagi agar aku bisa benar-benar sebagai mahasiswi baru FK UMI 2013, namun jika aku melepaskannya, itu sama aja aku membuang tumpukan emas batangan 100kg dan lebih memilih kotoran hewan.
Melepaskan atau melanjutkan? Sesak aku memikirkannya. Seluruh keluarga besar mengucilkanku dan mengatakan agar aku tak mengambil kedokteran karena akan menyusahkan orang tuaku, namun orang tua ku selalu di sampingku memberi dukungan, sampai sahabat terdekatku pun melarangku, namun orang tua ku tetap setia menyemangatiku. Namun sekarang aku baru sadar, aku benar-benar tak bisa hanya memikirkan cita-cita masa kecilku, aku juga harus melihat situasi orang tuaku.
Aku kembali teringat dengan cerita pendek yang pernah aku karang sewaktu perlombaan HUT Indonesia 2011 di sekolah, aku mengarang cerita perjuangan seseorang yang misikin yang memiliki cita-cita menjadi dokter, aku menggambarkan dia yang pintar dan jenius namun gagal masuk Fakultas Kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri karena dia tak sanggup memberikan uang sogok pada dosen-dosen di Universitas itu, cerita yang ku karang itu kini terjadi padaku, namun dengan versi yang lebih sakit. Aku lulus di FK UMI, namun status sebagai cadangan itu rasanya seperti di gantung.
Harus lanjutkah aku atau berhenti dan tak akan pernah berpikiran dan mengharapkan bisa memakai Jas Putih dan memiliki julukan "DOKTER"? Aku bingung :'(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar