Hidup
memang tak selamanya seperti apa yang kita inginkan. Tak selamanya semenarik
film yang kita tonton. Tak selamanya seturut dengan keinginan kita. Begitulah
kehidupan yang sedang dijalani Rama. Siswa SMA Harapan di Jakarta yang bertaraf
Internasional. Ia menjalani hidupnya semuanya serba kekurangan, ia mendapat
beasiswa sehingga ia dapat bersekolah. Bertahun-tahun belajar disekolah tanpa
mengenal waktu, tanpa mengenal lelah. Hingga sampailah ia pada tahap puncak. Di
tahap puncak ini ia akan menghadapi peperangan yang bila diibaratkan sama
seperti peperangan pada saat penjajahan Indonesia. Peperangan yang Rama jalani
ini memang bukanlah bergelut dengan senjata, namun meski begitu ia tetap
mempunyai senjata ampuh yang telah ia tanam selama hampir 3 tahun duduk di
bangku SMA. Ilmu, ilmu yang takkan mati di makan akhir zaman, harta yang akan
dibawa sampai menutup mata telah ia persiapkan sebaik-baiknya.
Suatu
pagi ia akan pergi ke sekolah karena ini adalah hari pertama UN dilaksanakan.
Selain ia pintar, ia juga satu-satunya pelajar yang bekerja dengan jujur. Ia
selalu menanamkan filosofi “1tetes air mata, 1tetes keringat yang kita hasilkan demi berusaha
itu semua akan diganti dengan hasil yang memuaskan, dan semua pasti indah pada
waktunya.” Ia juga selalu mengingat ibu yang
telah mengandungnya, menghidupinya sebatang kara semenjak ayahnya meninggal
dunia saat ia duduk di kelas 1SD, semenjak saat itu ia bertekad bahwa hidupnya
hanya dipersediakan untuk melukiskan seulas senyuman di wajah ibunya.
Selesai
hari pertama UN, ia pun membantu ibunya berjulan baju di pasar, ia bertanya
kepada ibunya,”Ibu, katanya Indonesia telah merdeka, tapi mengapa orang kecil
seperti kita tetap dianggap butiran debu dimata pemerintah?” Ibunya hanya
sanggup berkata,”Secara teoritis kita sudah merdeka nak, namun secara de
faktonya kita tetap saja terjajah dengan pemerintah kita sendiri.” Maka Rama
menjawab,”Semoga saja sewaktu Rama masuk PTN gak ada yang namanya uang-uangan
yang sama seperti KKN di Indonsia.”
Tak terasa telah 4 hari telah berlalu UN
saatnya bersiap-siap untuk ujian SMNPTN yang sangat diimpin-impikannya. Hanya
demi mendapakan PTN yang ia inginkan, ia rela bergadang tiap hari hanya untuk
belajar. Selalu yang dia khawatirkan hanya jika teman-temannya yang jauh
dibawah masuk PTN, jika dia tak masuk maka itu sudah ada permainan tikus-tukus
di SNMPTN tersebut.
Tibalah saat SNMPTN dimulai, saat ujian pun ia
tetap bekerja sendiri, tetap berjuang sendiri tanpa ada sogok-sogokan. Dia
sangat berharap masuk untuk memberikan hadiah ulang tahun kepada ibunya.
Harapan yang sangat ia idam-idamkan selama ia bersekolah.
Saatnya pengumumman SNMPTN tiba, ternyata Rama
lolos di FK suatu Universitas negeri di Jakarta. Ia mengahadiahkan kelolosannya
itu sebagai hadiah ulang tahun ibunya. Ibunya sangat bahagia dan langsung
berdoa untuk mengucapkan syukur. Tiba saat daftar ulang, dekan suatu
Universitas negeri tersebut meminta uang pembangunan, uang sumbangan yang
melampaui kemampuan ibu Rama, dia pun berusaha keras meminta surat keterangan
keluarga miskin dari Lurah setempat, namun lurah tersebut meminta uang untuk
mengurus surat tersebut dan biayanya diluar kemampuan keuangan Rama. Ia pun
mulai berpikir mengapa orang miskin selalu ditindas? Mengapa sudah jatuh
ditimpa tangga lagi? Ia ingin meminta bantuan ke pemerintah yang sedang
menjabat, namun kenapa malah mereka yang menindas rakyat, jika pemerintah yang
seharusnya tempat mengaduh malah meruntuhkan semuanya, maka harus kemanakah
rakyat mengaduh?
Tibalah saat daftar ulang Rama pun kembali ke
Universitasnya dan menghadap ke dekan, namun dekan itu malah mangatakan,”Jika
ingin kuliah harus bisa membiayai semua yang dituntut oleh Universitas ini,
jika tak mampu maka mengundurkan diri sajalah, karena masih banyak yang mampu yang
ingin kuliah disini.” Mendengar hal tesebut Rama pun berpikir, haruskah hanya
orang yang mempunyai kedudukan saja yang bisa menuntut ilmu? Haruskah orang
yang memiliki materi yang bisa untuk kuliah? Apakah di negeri ini tak ada lagi
keadilan yang bisa diberikan sedikit saja kepada rakyat jelata?
Setahun setelah kejadian tersebut Rama pun
hanya dapat menjadi guru privat matematika di desanya, karena pemerintah selalu
berpihak kepada yang memiliki kedudukan saja. Hanya kepada rakyat bonafit saja.
Inikah yang dikatakan merdeka? Apakah ini yang disebut kesatuan dan sama rasa?
Sesungguhnya rakyat Indonesia masih dijajah. Dijajah oleh kemiskinan. Tetap
ditindas oleh para pemimpin yang telah bertransformasi menjadi tikus-tikus
Negara. Bukan hanya dalam bidang pemerintahan namun dalam bidang pendidikan pun
dijadikan lahan bisnis baginya. Ini sama artinya Indonesia merdeka dalam
kemiskinan.